Selasa, 07 Desember 2010

Airmata dalam Doa ku

Senang, bahagia, suka cita, sedih, kecewa dan duka cita adalah sesuatu yang biasa dialami manusia. Ketika mendapatkan sesuatu yang menggembirakan dari kesenangan-kesenangan duniawi maka dia akan senang dan gembira. Sebaliknya ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka dia merasa sedih dan kecewa bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
Akan tetapi sebenarnya bagi seorang mukmin, semua perkaranya adalah baik. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Sungguh menakjubkan perkaranya orang mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah baik dan tidaklah hal ini dimiliki oleh seorangpun kecuali oleh orang mukmin. Jika dia diberi kenikmatan/kesenangan, dia bersyukur maka jadilah ini sebagai kebaikan baginya. Sebaliknya jika dia ditimpa musibah (sesuatu yang tidak menyenangkan), dia bersabar, maka ini juga menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim no.2999 dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu)
Kriteria Orang yang Paling Mulia
Sesungguhnya kesenangan duniawi seperti harta dan status sosial bukanlah ukuran bagi kemuliaan seseorang. Karena Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan orang yang tidak dicintai-Nya. Akan tetapi Allah akan memberikan agama ini hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Sehingga ukuran/patokan akan kemuliaan seseorang adalah derajat ketakwaannya. Semakin bertakwa maka dia semakin mulia di sisi Allah.
Allah berfirman:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujuraat:13)
Jangan Sedih ketika Tidak Dapat Dunia
Wahai saudaraku, ingatlah bahwa seluruh manusia telah Allah tentukan rizkinya -termasuk juga jodohnya-, ajalnya, amalannya, bahagia atau pun sengsaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (air mani) kemudian berbentuk segumpal darah dalam waktu yang sama lalu menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama pula. Kemudian diutus seorang malaikat kepadanya lalu ditiupkan ruh padanya dan diperintahkan dengan empat kalimat/perkara: ditentukan rizkinya, ajalnya, amalannya, sengsara atau bahagianya.” (HR. Al-Bukhariy no.3208 dan Muslim no.2643 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Tidaklah sesuatu menimpa pada kita kecuali telah Allah taqdirkan. Allah Ta’ala berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kalian jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kalian, dan supaya kalian jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada kalian. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al-Hadiid:22-24)
Kalau kita merasa betapa sulitnya mencari penghidupan dan dalam menjalani hidup ini, maka ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke surga kecuali aku telah perintahkan kalian dengannya dan tiada suatu amalan pun yang mendekatkan ke neraka kecuali aku telah larang kalian darinya. Sungguh salah seorang di antara kalian tidak akan lambat rizkinya. Sesungguhnya Jibril telah menyampaikan pada hatiku bahwa salah seorang dari kalian tidak akan keluar dari dunia (meninggal dunia) sampai disempurnakan rizkinya. Maka bertakwalah kepada Allah wahai manusia dan perbaguslah dalam mencari rizki. Maka apabila salah seorang di antara kalian merasa/menganggap bahwa rizkinya lambat maka janganlah mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya keutamaan/karunia Allah tidak akan didapat dengan maksiat.” (Shahih, HR. Al-Hakim no.2136 dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
Maka berusahalah beramal/beribadah dengan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan jangan membuat perkara baru dalam agama (baca:bid’ah).
Dan berusahalah mencari rizki dengan cara yang halal serta hindari sejauh-jauhnya hal-hal yang diharamkan.
Hendaklah Orang yang Mampu Membantu
Hendaklah bagi orang yang mempunyai kelebihan harta ataupun yang punya kedudukan agar membantu saudaranya yang kurang mampu dan yang mengalami kesulitan. Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Maa`idah:2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah akan hilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang mengalami kesulitan maka Allah akan mudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan tutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim no.2699 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Berdo’a ketika Sedih
Jika kita merasa sedih karena sesuatu menimpa kita seperti kehilangan harta, sulit mencari pekerjaan, kematian salah seorang keluarga kita, tidak mendapatkan sesuatu yang kita idam-idamkan, jodoh tak kunjung datang ataupun yang lainnya, maka ucapkanlah do’a berikut yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Tidaklah seseorang ditimpa suatu kegundahan maupun kesedihan lalu dia berdo’a: “Ya Allah, sesungguhnya saya adalah hamba-Mu, putra hamba laki-laki-Mu, putra hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di Tangan-Mu, telah berlalu padaku hukum-Mu, adil ketentuan-Mu untukku. Saya meminta kepada-Mu dengan seluruh Nama yang Engkau miliki, yang Engkau menamakannya untuk Diri-Mu atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau simpan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur`an sebagai musim semi (penyejuk) hatiku dan cahaya dadaku, pengusir kesedihanku serta penghilang kegundahanku.” kecuali akan Allah hilangkan kegundahan dan kesedihannya dan akan diganti dengan diberikan jalan keluar dan kegembiraan.” Tiba-tiba ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, tidakkah kami ajarkan do’a ini (kepada orang lain)? Maka Rasulullah menjawab: “Bahkan selayaknya bagi siapa saja yang mendengarnya agar mengajarkannya (kepada yang lain).” (HR. Ahmad no.3712 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy)
Juga do’a berikut ini:
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana, sedih, lemah, malas, kikir, penakut, terlilit hutang dan dari tekanan/penindasan orang lain.” (HR. Al-Bukhariy 7/158 dari Anas radhiyallahu ‘anhu)
Ilmu adalah Pengganti Segala Kelezatan
Di antara hal yang bisa menghibur seseorang ketika mengalami kesepian atau ketika sedang dilanda kesedihan adalah menuntut ilmu dan senantiasa bersama ilmu.
Berkata Al-Imam Al-Mawardiy: “Ilmu adalah pengganti dari segala kelezatan dan mencukupi dari segala kesenangan…. Barangsiapa yang menyendiri dengan ilmu maka kesendiriannya itu tidak menjadikan dia sepi. Dan barangsiapa yang menghibur diri dengan kitab-kitab maka dia akan mendapat kesenangan…. Maka tidak ada teman ngobrol sebaik ilmu dan tidak ada sifat yang akan menolong pemiliknya seperti sifat al-hilm (sabar dan tidak terburu-buru).” (Adabud Dunya wad Diin hal.92, dari Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi hal.71)
Duhai kiranya kita dapat mengambil manfaat dari ilmu yang kita miliki sehingga kita tidak akan merasa kesepian walaupun kita sendirian di malam yang sunyi tetapi ilmu itulah yang setia menemani.
Contoh Orang-orang yang Sabar
Cobaan yang menimpa kita kadang-kadang menjadikan kita bersedih tetapi hendaklah kesedihan itu dihadapi dengan kesabaran dan menyerahkan semua permasalahan kepada Allah, supaya Dia menghilangkan kesedihan tersebut dan menggantikannya dengan kegembiraan.
Allah berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya’qub:
“Dan Ya`qub berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata: “Aduhai duka citaku terhadap Yusuf”, dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya). Mereka berkata: “Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidapkan penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa.” Ya`qub menjawab: “Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kalian tiada mengetahuinya.” (Yuusuf:84-86)
Allah juga berfirman mengisahkan tentang Maryam:
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (Maryam:22-25)
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai orang-orang yang sabar dan istiqamah dalam menjalankan syari’at-Nya, amin. Wallaahu A’lam.
YA ALLAH……
Aku sedih dalam dugaan yang ENGKAU beri padaku….
Aku sedih dalam tawaku….
Aku termenung Mencari ketenangan buat hatiku yang terluka….
Aku Sepi tanpa CintaMU…
WAHAI TUHANKU….
Aku lemah dan tidak berdaya…
Aku Kecewa dalam Cintaku….
Aku kecewa dalam tugasku..
Aku kecewa dalam jalanku…
Aku sepi tanpa CintaMU…….
ALLAH…ALLAH…ALLAH…
Mengapa hatiku tidak dapat tersenyum…
Mengapa hatiku tidak dapat tertawa…
Mengapa hatiku sedih dan sunyi…
Mengapa air mataku tidak henti mengalir…
YA ALLAH..
Menetes air mataku tanpaku menyedari melihat keindahan ciptaanMU…
Menetes air mataku mendengar laungan azan…
Menetes air mataku berderai di pipiku… Apabila malam ku jaga Hanya untukMU ….
Menetes air mataku tidak tertahan.. apabila mengenangkan ujian KekasihMU Rasullulah..
menetes air mataku pabila aku terkenang waktu kecilku….
YA ALLAH,
Hadirkanlah cintaku padaMU…
Bimbinglah hatiku dari terus bersedih..
Bantulah aku YA ALLAH…
Berikan aku pertunjukMU….
Berikan aku RahmatMU….
YA ALLAH,
Aku tahu Engkau lebih MAHA MENGETAHUI diriku..
aku tiada tempat mengadu melainkan padaMU…
Aku Mohon,,,,
Berikan hatiku ketenangan….
Janganlah ENGKAU dugai aku.. Sehingga aku tidak dapat menerimanya..
Sesungguhnya.. Engkaulah yang ku Cinta..
Dan…
MencintaiMU adalah KEKAL….

“Akan Sampai Waktunya”

Akan sampai waktunya kita tak butuh lagi apa-apa
Selain anak-anak yang tak malas berdo’a
Dan setia memelihara cinta pada Tuhannya
Dan dunia istri yang tak jemu-jemu
Minta dicumbu dan selalu menuntut ini itu
Akan mempesona nan gratakan kita
Sebelum sempat kita bertanya mengapa ?
Akan sampai waktunya
Harta dan segala yang kita cinta
Jadi beling-beling kaca semata
Yang berserak sepanjang perjalanan baqa
Nama –nama dan kata-kata jadi kehilangan makna
Dan kita tak butuh lagi apa-apa
Selain ampunan dan cinta kasih-Nya
Yaa…
Ada satu tempat di hati manusia
Yang hanya dapat dipuaskan oleh tuhan
Allah ta’ala
S’moga Allah Meridhoi, Amin
Siapapun, aku Takut…
Petang mentari menyinar, iringi lari kecilku menurut
Mengikut gelak tawa nakal dibawah kabut
Kucoba berlari membuang kalut
Membalut keimanan tuk sekedar takut
Siapapun aku..
iIlahi.. ikat aku dengan tanpa semu
Ringankan hati bersujud selalu
Pasrahkan diri tiada beku
Lingkarkan cahaya-Mu tiada berlalu
Hidupkan rumahku dengan penuh takut
Tiada keangkuhan mengikut
Ikhlaskan kampung rumahku penuh taut
Tiada kristal amarah membalut
Pun tiada bentak bertalu
Kuharap..
iIlahi..hidupkan segera hati ini
Dalam rumah hati penuh takut
Hingga takkan mampu berlari
Sekedar amarah mengikut diri
Tanya hati…?
ridho itu yang gimana?
Astaghfirullohal’adhim ya Alloh…………
Akhirnya Engkau membuka tabir hikmah ini…… bertahun-tahun hamba Engkau uji dengan kejadian-kejadian….pendidikan-pendidikan yang “memaksaku” memilih “aku harus patuh” semua bener-bener begitu berharga demi sekedar keridhoan hati….
Sekarang aku tau…
Ternyata semua itu Engkau persiapkan untuk hari ini… yaa..untuk kehidupanku yang baru…yang meski aku tidak tau untuk berapa lama nyawa ini akan Engkau ijinkan…..
Sebegitu sakitkah hati hamba ya rabb???…sebegitu belum ridho-kah hati hamba ini?? hingga Engkau benar-benar musti membuktikan berulang-ulang padahal berkali-kali sudah..bertahun-tahun pula .. hamba telah melewati berkali-kali ujian yang sama…
mungkin karena aku belum lulus yaa….????? Yaa… mungkin karena aku musti remidi…. Mengaku mengenal diri… padahal Allah jauh lebih ngertiin aku..ketimbang aku terhadap diriku sendiri….
aku bersyukur Allah tidak memberiku apa yang aku inginkan, tapi Allah selalu memberikan apa yang aku butuhkan…..
Dalam perjalanan kecilku….saat aku menginginkan orangtua yang “memanjakanku”……
Allah menakdirkanku lain… karena aku lebih membutuhkan ketika harus memanjakan orangtuaku…. Agar aku tidak bergantung kepada selain Allah….
Saat aku menginginkan sekolah dan kampus yang memanjakanku dengan sistem islami…. Allah menakdirkanku untuk berjuang merintis sistem yang “pasti suatu saat “ bisa memanjakan umat dengan pola islami
Saat aku yang kehausan ini menginginkan disirami lautan dari sumber ilmu yang terus memancar…. Allah menakdirkanku berjuang menggapainya dengan merelakan setetes air ini sebagai pancingan sumber mata air-Nya…
Apakah aku menyesal???…
TIDAK !!!..seribu kata aku teriakkan dalam hati…. TIDAK!!! AKU BAHKAN TAK TERBERSIT UNTUK MENYESAL …….. setitikpun……
Terserah apa kata dunia…. Apa kata orang tentangku….
aku Hanya butuh waktu….
Manusiawiku butuh waktu….
Layaknya Hajar butuh waktu ketika Nabi ibrahim di utus membunuh anak kesayangannya
Layaknya Muhammad SAW. butuh waktu ketika kecintaannya ( Khodijah, pamanda Abu Tholib dan putranya Abdulloh) dipanggil Allah SWT dalam waktu berdekatan..
Apakah ini berarti tidak Ridho? Kurang ikhlas?…
Apakah ini berarti tidak sepenuh hati merelakannya?
Apakah ini berarti kurang 100%?
Ayooo..jawab… apakah ini berarti begitu?… Sekali lagi TIDAK!!!
Kurang seberapa yakinnya Nabi ibrahim dan Ismail kepada Perintah Allah SWT? basyaroh manusiawi beliaupun membutuhkan waktu
Kurang seberapa yakinnya Muhammad SAW kepada takdir Allah SWT?
basyaroh manusiawi beliaupun membutuhkan waktu
Terserah…..
Hanya Yang ku yakin layaknya hari-hari yang telah Allah ujikan kepadaku dan shiroh Nabi-nabi dan sahabat dulu…
pertolongan itu teramat sangat dekat…. SANGAT DEKAT !!!
pertolongan untuk menggapai utuh di jalan-Nya
tinggal seberapa keyakinan kita terhadap pertolongan-Nya….
Karena hati juga milikNya…
Jiwa ini milik-Nya
Bahkan rasa yang ada-pun ituh ciptaanNya
Semua ciptaan-Nya
Aku tidak punya kemampuan sama sekali menciptakannya
Bahkan sekecil apapun…jujur..aku jauuuuuuuuuuuhhhhhhhh sangat lemah
Aku hanya meraih pertolongan-Nya untuk membuatku bangkit …. utuh
Merengkuhku kembali dalam cinta-Nya….. sekedar Ridho dengan takdir perjalanan proses yang dipetakan Alloh untukku dan untuk kita…
Ah…. Aku tidak berharap apa-apa.
Selain berharap Alloh mencurahkan bahasa ini ke dalam hatimu…
Agar sama-sama Lebih peka …. Tidak sekedar terucap dan ter-just-men
Allah ghoyatuna… Allah Waliyyul mu’minin… amiin.
Apa pantas aku?
Sholat dhuha cuma dua rakaat, qiyamullail (tahajjud) juga hanya dua rakaat, itu pun sambil terkantuk-kantuk.
Sholat lima waktu? Sudah jarang di masjid, milih ayatnya yang pendek-pendek pula… Tanpa doa, dan segala macam puji untuk Allah, Dilipatlah sajadah yang belum lama tergelar itu.
Lupa pula dengan shalat rawatib sebelum maupun sesudah shalat wajib.
Satu lagi, semua di atas itu belum termasuk catatan:…..
“Kalau tidak terlambat” atau “Asal nggak bangun kesiangan”. Dengan shalat model begini, apa pantas mengaku ahli ibadah?
Padahal Rasulullah dan para sahabat senantiasa mengisi malam-malamnya…. dengan derai tangis memohon ampunan kepada Allah.
Tak jarang kaki-kaki mereka bengkak oleh karena terlalu lama berdiri dalam khusyuknya.
Kalimat-kalimat pujian dan pinta tersusun indah seraya berharap …. Allah Yang Maha Mendengar mau mendengarkan keluh mereka.
Ketika adzan berkumandang, segera para sahabat meninggalkan semua aktivitas …. menuju sumber panggilan, …. kemudian waktu demi waktu mereka habiskan untuk bersimpuh…. di atas sajadah-sajadah penuh tetesan airmata.
Baca Qur’an sesempatnya, tanpa memahami arti dan maknanya, apalagi meresapi hikmah yang terkandung di dalamnya.
Ayat-ayat yang mengalir dari lidah ini tak sedikit pun membuat dada ini bergetar, Padahal tanda-tanda orang beriman itu adalah ….. ketika dibacakan ayat-ayat Allah maka tergetarlah hatinya.
Hanya satu dua lembar ayat yang sempat dibaca sehari, itu pun tidak rutin.
Kadang lupa, kadang sibuk, kadang malas. Yang begini ngaku beriman?
Tidak sedikit dari sahabat Rasulullah yang menahan nafas mereka … untuk meredam getar yang menderu saat membaca ayat-ayat Allah.
Sesekali mereka terhenti, ……tak melanjutkan bacaannya ketika mencoba menggali makna terdalam …. dari sebaris kalimat Allah yang baru saja dibacanya.
Tak jarang mereka hiasi mushaf di tangan mereka dengan tetes airmata.
Setiap tetes yang akan menjadi saksi di hadapan Allah bahwa mereka jatuh karena…. lidah-lidah indah yang melafadzkan ayat-ayat Allah dengan pemahaman dan pengamalan tertinggi…..
Bersedekah jarang, begitu juga infak. Kalau pun ada, itu pun dipilih mata uang terkecil yang ada di dompet. Syukur-syukur kalau ada receh.
Berbuat baik terhadap sesama juga jarang, paling-paling kalau sedang ada kegiatan bakti sosial, yah itung-itung ikut meramaikan.
Sudahlah jarang beramal, amal yang paling mudah pun masih pelit senyum. Apa sih susahnya senyum? Kalau sudah seperti ini, apa pantas berharap Kebaikan dan Kasih Allah?
Rasulullah adalah manusia yang paling dirindui, senyum indahnya, tutur lembutnya, belai kasih dan perhatiannya, juga pembelaannya bukan semata miliki Khadijah, Aisyah, dan istri-istri beliau yang lain. Juga bukan teruntuk Fatimah dan anak-anak Rasulullah lainnya.
Ia senantiasa penuh kasih dan tulus terhadap semua yang dijumpainya, … bahkan kepada musuhnya sekali pun.
Ia juga mengajarkan para sahabat untuk berlomba beramal shaleh, berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya.
Setiap hari ribut dengan teman. Kalau bukan sebelah kanan, …. ya teman sebelah kiri.
Seringkali masalahnya cuma soal sepele, tapi permusuhan bisa berlangsung berhari-hari, kalau perlu ditambah sumpah tujuh turunan.
Waktu demi waktu dihabiskan untuk menggunjingkan aib dan kejelekan saudara sendiri.
Detik demi detik dada ini terus jengkel… setiap kali melihat keberhasilan orang dan berharap orang lain celaka … atau mendapatkan bencana.
Sudah sedemikian pekatkah hati yang tertanam dalam dada ini?
Adakah pantas hati yang seperti ini bertemu dengan Allah dan Rasulullah kelak?
Wajah indah Allah dijanjikan akan diperlihatkan hanya kepada orang-orang beriman yang masuk ke dalam surga Allah kelak.
Tentu saja mereka yang berkesempatan hanyalah para pemilik wajah indah pula.
Tak inginkah kita menjadi bagian kelompok yang dicintai Allah itu?
Lalu kenapa masih terus bermuka masam terhadap saudara sendiri?
Dengan adik tidak akur, kepada kakak tidak hormat. Terhadap orang tua kurang ajar, sering membantah, sering membuat kesal hati mereka, apalagi mendoakan mereka, mungkin tidak pernah.
Padahal mereka tak butuh apa pun … selain sikap ramah penuh kasih dari anak-anak yang telah mereka besarkan ……dengan segenap cinta. Cinta yang berhias peluh, airmata, juga darah.
Orang-orang seperti kita ini, apa pantas berharap surga Allah?
Dari ridho orang tua lah, ridho Allah diraih.
Kaki mulia ibu lah yang disebut-sebut tempat kita merengkuh surga.
Bukankah Rasulullah yang tak beribu memerintahkan untuk berbakti kepada ibu, bahkan tiga kali beliau menyebut nama ibu sebelum kemudian nama ayah?
Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur saat ……masih bisa mendapati tangan lembut untuk dikecup, kaki mulia tempat bersimpuh, dan wajah teduh yang teramat hangat dan menyejukkan? Karena begitu banyak orang-orang yang tak lagi mendapatkan kesempatan itu.
Ataukah harus menunggu Allah memanggil orang-orang terkasih itu…
hingga kita baru merasa benar-benar membutuhkan kehadiran mereka?
Jangan tunggu penyesalan. …..
Bagaimanakah sikap kita ketika bersimpuh di pangkuan orang tua …. ketika idul Fitri yang lalu ….??? Apakah hari itu….hanya hari biasa yang dibiarkan berlalu tanpa makna………???
Apakah siang harinya….kita sudah mengantuk….dan akhirnya tertidur lelap…?
Apakah kita merasa sulit tuk meneteskan airmata…??? atau bahkan kita menganggap cengeng……??? sampai sekeras itukah hati kita….???
Ya…Allah ….ya Rabb-ku……jangan Kau paling hati kami menjadi hati yang keras……, sehingga meneteskan airmata pun susah……. merasa bersih…… merasa suci…. merasa tak bersalah……merasa tak butuh orang lain…… merasa modernis…..dan visionis………
Padahal dibalik cermin masa depan yang kami banggakan….. terlukis bayang hampa tanpa makna…..dan kebahagiaan semu penuh ragu…..
Astaghfirullaah ……
Yaa Allah…ampunilah segenap khilaf kami. Amin
Hiasi hidup dengan ibadah, jalin ukhuwah tegakkan dakwah.

Minggu, 28 November 2010

Sebuah Nasehat Imam Ghozali

Sebuah Nasehat Imam Ghozali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam AlGhozali bertanya....

Pertama,
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu BENAR.
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI.
Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan
mati (Q.S. Ali Imran 185)

Kedua,
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab : "negara Cina, bulan, matahari dan
bintang-bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu
adalah BENAR.
Tapi yang paling benar adalah MASA LALU.
Walau dengan cara apapun kita tidak dapat kembali ke masa lalu.
Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang
dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga,
"Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali.
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah NAFSU (Q.S.
Al-A'Raf 179).
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu, jangan sampai nafsu membawa
kita ke dalam kesesatan.

Keempat,
"Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab : "besi dan gajah".
Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah
MEMEGANG AMANAH (Q.S. Al-Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika
Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga
banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang
amanahnya.


Kelima,
"Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Ada yang menjawab : "kapas, angin, debu dan daun-daunan".
Semua itu BENAR kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini
adalah MENINGGALKAN SHOLAT.
Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan sholat; gara-gara bermesyuarat, kita
meninggalkan sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah,
"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang".
BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA.
Karena melalui lidah, ,manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan
saudaranya sendiri.